Dalam kehidupan manusia, kebenaran merupakan
fungsi rohaniah, manusia dalam kepribadian dan kesadarannya tak mungkin tanpa
kebenaran. Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan manusia.
Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusia
atau martabat kemanusiaan selalu berusaha memeluk kebenaran. Manusia selalu
mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya
terdorong pula untuk melakukan kebenaran itu. Dalam menguji suatu kebenaran
diperlukan teori-teori ataupun metode –metode yang akan berfungsi sebagai
petunjuk jalan bagi jalannya pengujian tersebut. Berikut ini teori tentang
kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu :
1. Teori kebenaran korespondensi
Teori
kebenaran korespondensi adalah teori kebenaran yang memandang bahwa kebenaran
adalah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan sesuatu
itu sendiri. Dalam pengertian lain kebenaran adalah sesuatu yang bersesuaian
dengan fakta. Suatu proporsi adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang
sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini merupakan teori kebenaran
tradisional karena Aristoteles sejak awal mensyaratkan kebenaran pengetahuan
harus sesuai dengan kenyataan yang diketahuinya. Jadi secara sederhana dapat
disimpulalkan bahwa berdasarkan teori korespondensi suatu pernyataan adalah
benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi
(berhubungan) dan sesuai dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Teori
ini sudah sudah ada di dalam masyarakat sehingga perilaku moral bagi anak-anak
ialah pemahaman atas pengertian-pengertian moral yang telah merupakan kebenaran
itu. Apa yang diajarkan nilai-nilai moral ini harus diartikan sebagai dasar
bagi tindakan-tindakan anak di dalam tingkah-lakunya. Artinya anak harus
mewujudkan di dalam kenyataan hidup, sesuai dengan nilai-nilai moral itu.
Bahkan anak harus mengerti hubungan antar peristiwa-peristiwa di dalam
kenyataan dengan nilai-nilai moral itu dan menilai adakah kesesuaian atau tidak
sehingga kebenaran berwujud sebagai nilai standar atau asas normative bagi
tingkah laku.
2. Teori konsistensi atau teori koherensi
Teori
kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria
koheren atau konsistensi. Kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antar putusan
dengan sesuatu yang lain yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara
putusan-putusan itu sendiri. Teori ini dipandang sebagai teori ilmiah yaitu
sebagai usaha yang sering dilakukan di dalam penelitian pendidikan khususnya di
dalam bidang pengukuran pendidikan. Teori konsisten ini tidaklah bertentangan
dengan teori korespondensi. Kedua teori ini bersifat melengkapi. Teori
konsistensi adalah pendalaman dan kelanjutan yang teliti dari teori
korespondensi. Teori korespondensi merupakan pernyataan-pernyataan dari arti
kebenaran. Sedangkan teori konsistensi merupakan usaha pengujian (test) atas
arti kebenaran tadi.
3. Teori pragmatik
Menurut
teori ini segala sesuatu dikatakan benar sepanjang proporsi itu berlaku atau
memuaskan (satidfies).
Teori pragmatis menganggap suatu pernyataan, teori atau dalil itu memiliki
kebenaran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia. Teori ini
dikenal dengan teori problem solving, artinya teori yang dengan itu dapat
memecahkan segala aspek permasalahan.
Semua
teori kebenaran itu ada dan di praktekan manusia di dalam kehidupan nyata. Yang
mana masing-masing mempunyai nilai di dalam kehidupan manusia. Dengan
mengetahui teori-teori kebenaran, diharapkan kita dapat menemukan kebenaran
yang sesungguhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar