Filsafat
bisa dimengerti dan dilakukan melalui banyak cara yang berbeda, sehingga
berlaku prinsip “Variis modis bene fit”, Bertens menengarai ada beberapa
gaya dalam berfilsafat.
·
Pertama, berfilsafat yang terkait erat dengan sastra.
Artinya, sebuah karya filsafat dipandang melalui nilai-nilai sastra tinggi.
Contoh: Sartre tidak hanya dikenal sebagai penulis karya filsafat, tetapi juga
seorang penulis novel, drama, scenario film. Bahkan beberapa filsuf pernah
meraih hadiah Nobel untuk bidang kesusasteraan.
·
Kedua, berfilsafat yang dikaitkan dengan social
politik. Di sini, filsafat sering dikaitkan dengan praksis politik. Artinya
sebuah karya filsafat dipandang memiliki dimensi-dimensi ideologis yang relevan
dengan konsep negara. Filsuf yang menjadi primadona dalam gaya berfilsafat
semacam ini adalah Karl Marx (1818-1883) yang terkenal dengan
ungkapannya: “Para filsuf sampai sekarang hanya menafsirkan dunia. Kini
tibalah saatnya untuk mengubah dunia”.
·
Ketiga, filsafat yang terkait erat dengan
metodologi. Artinya para filsuf menaruh perhatian besar terhadap
persoalan-persoalan metode ilmu sebagaimana yang dilakukan oleh Descartes dan
Karl Popper. Descartes mengatakan bahwa untuk memperoleh kebenaran yang pasti
kita harus mulai meragukan segala sesuatu. Sikap yang demikian itu dinamakan
skeptis metodis. Namun pada akhirnya ada satu hal yang tidak dapat kita
ragukan, yakni kita yang sedang dalam keadaan ragu-ragu, Cogito Ergo Sum.
·
Keempat, berfilsafat yang berkaitan dengan kegiatan
analisis bahasa. Kelompok ini dinamakan mazhab analitika bahasa dengan
tokoh-tokohnya antara lain: G.E Moore, Bertrand Russel, Ludwig Wittgenstein,
Gilbert Ryle, dan John Langshaw Austin. Corak berfilsafat yang menekankan pada
aktivitas analisis bahasa ini dinamakan logosentrisme. Tokoh sentral mazhab
ini, Wittgenstein mengatakan bahwa filsafat secara keseluruhan adalah kritik
bahasa. Tujuan utama filsafat ini adalah untuk mendapatkan klarifikasi logis
tentang pemikiran. Filsafat bukanlah seperangkat doktrin, melainkan suatu
kegiatan.
·
Kelima, berfilsafat yang dikaitkan dengan menghidupkan
kembali pemikiran filsafat di masa lampau. Di sini, aktifitas filsafat mengacu
pada penguasaan sejarah filsafat. Dalam hal ini, mempelajari filsafat yang
dipandang baik adalah dengan mengkaji teks-teks filosofis dari para filsuf
terdahulu.
·
Keenam, masih ada gaya filsafat lain yang cukup
mendominasi pemikiran banyak orang, terutama di abad ke-20 ini yakni
berfilsafat dikaitkan dengan filsafat tingkah laku atau etika. Etika dipandang
sebagai satu-satunya kegiatan filsafat yang paling nyata, sehingga dinamakan
juga praksiologis, bidang ilmu praksis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar