Senin, 26 Desember 2016

Gaya Belajar Merupakan Faktor Yang Mempengaruhi Belajar




Setiap individu memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Meski bersekolah di sekolah yang sama dan duduk di kelas yang sama, gaya belajar setiap anak tidak pernah sama. Perbedaan itu bahkan ada pada anak-anak satu keluarga, seperti adik berbeda dengan kakak,  atau saudara kembar sekalipun.
Gaya belajar seseorang juga mempegaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan meperoleh hasil yang kurang memuaskan (Dalyono:2005,57).
Contohnya saat mengikuti pelajaran di kelas, ada murid yang begitu tekun menyimak meski si guru menyampaikan materi pelajaran tak ubahnya seperti ceramah selama berjam-jam. Ada yang terkesan seperti memperhatikan sepintas, meski sebetulnya mereka membuat catatan-catatan kecil di bukunya. Namun jangan ditanya berapa anak yang merasa bosan dengan pendekatan belajar yang menempatkan murid sebagai pendengar setia.
Tidak hanya itu, ada anak yang harus menyendiri dan tutup pintu kamar rapat-rapat supaya bisa berkonsentrasi belajar. Akan tetapi cukup banyak yang mengaku justru terbuka pikirannya bila belajar sambil mendengar musik. Sementara sebagian lainnya merasa perlu mengubah materi pelajaran menjadi komik atau coret-coret yang mudah dibaca.
Apapun gaya belajar yang dipilih pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu agar yang bersangkutan dapat menangkap materi pelajaran sebaik-baiknya dan mendapat hasil optimal. Bukankah masing-masing pelajaran juga disampaikan oleh orang yang berbeda dengan karakter mengajar yang berbeda pula.
Oleh karena itu, peran orangtua dalam mengamati gaya belajar anak-anaknya adalah hal yang sangat penting. Buktinya, ketidakpahaman orang tua dan guru terhadap gaya belajar anak kerap menimbulkan kesalahapahaman. Ada guru yang tidak senang melihat anak muridnya asyik membuat coretan-coretan saat di kelas. Atau ada guru yang langsung menegur anak yang terlihat tak bisa diam saat belajar. Padahal, perilaku membuat coretan saat belajar bukan berarti enggan belajar. Bisa jadi, ia justru tengah berusaha menangkap materi pelajaran lewat coretannya tadi.
Menurut Uno (2008:181), ada beberapa tipe belajar yang bisa kita cermati dan mungkin kita ikuti apabila memang merasa cocok dengan gaya itu.
1.  Visual Lerner
Gaya belajar visual (visual learner) menitikberatkan ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar si anak paham. Ciri-ciri anak yang memiliki gaya belajar visual adalah kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan menangkap informasi secara visual sebelum ia memahami.
Konkretnya yang bersangkutan lebih mudah menangkap pelajaran lewat materi bergambar. Selain itu, ia memiliki kepekaan terhadap warna, di samping mempunyai pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik. Hanya saja biasanya ia memiliki kendala untuk berdialog langsung karena terlalu reaktif terhadap suara, sehingga sulit mengikuti anjuran secara lisan dan sering salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
Untuk mendukung gaya belajar ini, ada beberapa pendekatan yang dapat dipakai. Caranya, gunakan beragam grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran. Perangkat grafis tersebut dapat berupa fil, slide, ilustrasi, coretan atau kartu-kartu gambar berseri yang dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan suatu informasi secara berurutan.
2.  Auditory Learner
Gaya belajar ini mengandalakan pendengaran untuk dapat memahami sekaligus mengingatnya. Karakteristik model belajar ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama untuk menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, untuk dapat mengingat dan memahami informasi tertentu, yang bersangkutan haruslah mendengarnya terlebih dahulu. Mereka yang memiliki gaya belajar ini umumnya susah menyerap secara langsung informasi tertulis, selain memiliki kesulitan menulis atau membaca.
Untuk membantu anak-anak seperti ini, orangtua dapat membekali anaknya dengan tape untuk merekam semua materi yang diajarkan di sekolah. Selain itu, keterlibatan anak dalam diskusi juga sangat cocok untuk anak seperti ini. Bantuan lain yang dapat diberikan adalah mencoba membacakan informasi, kemudian meringkasnya dalam bentuk lisan dan direkam untuk selanjutnya diperdengarkan dan dipahami. Langkah terakhir adalah melakukan interview secara verbal dengan teman atau pengajar.
3.   Kinesthetic/Tactual Learners
Gaya belajar ini mengaharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar dapat mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang dapat melakukannya.
Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar dapat terus mengingatnya. Hanya dengan memeganya saja seseorang yang memiliki gaya belajar ini dapat menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.
Karakter berikutnya dicontohkan sebagai orang yang tak tahan duduk berlama-lama mendengarkan penyampaian pelajaran.  Tak heran bila individu yang memiliki gaya belajar seperti ini merasa bisa belajar lebih baik bila prosesnya disertai dengan kegiatan fisik.
Kelebihannya, mereka memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim disamping kemampuan mengendalikan gerak tubuh (athletic ability). Tak jarang, orang yang cenderung memiliki karakter ini lebih mudah menyerap informasi dengan cara menjiplak gambar atau kata untuk kemudian belajar mengucapkannya atau memahami fakta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar