Rabu, 21 Desember 2016

Dialog Sebagai Proses Pendidikan



Dialog merupakan inti dari proses pendidikan transformative, radikal, kritis, pembebasan, praksis, dan hadap masalah. Pendidikan memiliki siafat yang tetap, yaitu pencarian terus menerus, maka dari itu pendidikan harus dialogis, karena dialog adalah kebutuhan eksistensial manusia untuk senantiasa melakukan pencarian, tanpa dialog maka manusia tereduksi menjadi benda. Dialog diibaratkan sebagai sebuah kekuatan manusia yang mampu membantu merubah struktur sosial penindasan kearah struktur sosial humanisasi.
Dialog merupakan praktek yang asasi untuk kodrat manusia, demikian pula dengan pendidikan adalah kodratnya manusia. Pendidikan dapat dipandang sebagai dialog yang merupakan fenomena manusiawi, esensinya adalah : The word. Tetapi kata adalah lebih dari sekedar alat yang membuat dialog menjadi mungkin; olrh karena itu, kita harus mencari unsur-unsur pembentuknya. Dlam “kata” kita menemukan dua dimensi, yaitu refleksi dan aksi, dalam suatu interaksi yang sangat mendasar hingga bila salah satunya dikorbankan meskipun itu hanya sebagian yang lainnya akan langsung merugi. Tidak ada kata sejati yang pada saat bersamaan juga tidak ada merupakan senuah praksis. Dengan demikian, mengucapkan kata sejati mentransformasi dunia.
       Sebuah kata yang otentik adalah kata yang mampu mentransformasikan realitas, dihasilkan ketika dikotomi tidak diberlakukan atas unsur-unsur pembentuknya. Dialog banyak ditujukan untuk menggerakkan masyarakat yang masih memilki kesadran naif, magis, atau fanatic, menuju kesadaran kritis, memfasilitasi mereka untuk dapat mengintervensi proses historisnya. Caranya:
a)   Dengan metode aktif, dialogis, menstimulasi-kritisisme dan kritis
b)   Dengan isi program pendidikan yang dinamis
c)   Dengan penggunaan teknik-teknik seperti “penguraian” tematik dan “kodifikasi”.     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar