Filsafat
dapat dipandang sebagai aktivitas dalam tiga bentuk atau gaya, yaitu
spekulatif, preskriptif, dan analitis.
a)
Filsafat spekulatif
Filsafat
spekulatif adalah suatu cara berfikir sistematis mengenai segala hal yang ada. Mengapa
para filsuf melakukan ini? Mengapa mereka tidak seperti ilmuwan saja yang
mempelajari aspek tertentu dalam kehidupan? Jawabannya adalah bahwa pikiran
manusia berharap melihat suatu hal secara keseluruhan. Berharap untuk mengerti
bagaimana semua hal yang berbeda yang ditemukan secara bersamaan akan
menghasilkan sesuatu yang sangat berarti secara keseluruhan. Dan kita pun terus
mengikuti hal-hal tersebut. Ketika kita membaca sebuah buku, melihat lukisan,
atau mempelajari sebuah tugas, kita sadar bahwa tidak hanya detail tertentu
saja yang diperhatikan tetapi harus memperhatikan juga pola-pola yang
memberikan perbedaan pada detail-detail tersebut.
Filsafat
spekulatif adalah suatu pencarian untuk aturan dan suatu hal yang menyeluruh,
yang diterapkan bukan hanya pada hal tertentu atau pengalaman tertentu saja
tetapi untuk seluruh ilmu pengetahuan dan pengalaman. Singkatnya, filsafat
spekulatif adalah suatu usaha untuk menemukan hubungan dari keseluruhan aspek
dari pikiran dan pengalaman. Filsafat Spekulatif merenungkan secara rasional
spekulatif seluruh persoalan manusia dalam hubungannya dengan segala yang ada
pada jagat raya ini. Filsafat berusaha menjawab seluruh pertanyaan yang
berkaitan dengan manusia, eksistensinya, fitrahnya di alam semesta ini, dan
hubungannya dengan kekuatan-kekuatan supranatural. Filsafat spekulatif memiliki
kekuatan intelektual yang sangat tinggi, dengan penalaran intelektualnya itu
manusia berusaha membangaun suatu pemikiran tentang manusia dan masyarakat.
Contoh dari paradigma filsafat ini
adalah filsafat yunani kuno, filsafat Socrates, Plato dan filsafat Aristoteles.
b)
Filsafat Preskriptif
Filsafat
preskriptif menyusun standar untuk memeriksa nilai, menilai hubungan, dan
menghargai seni. Filsafat preskriptif menilai apa yang kita maksud dengan baik
dan buruk, benar dan salah, indah dan jelek. Filsafat preksriptif bertanya
apakah hubungan bentuk-bentuk kualitas ini berkaitan satu sama lain atau hanya
merupakan proyeksi dari pikiran kita. Bagi psikolog, hubungan manusia secara moral,
baik atau buruk, akan membentuk sikap-sikap yang dapat dipelajari. Tapi menurut
pendidik dan filsuf preskriptif beberapa bentuk sikap ada yang berharga dan ada
yang tidak. Filsuf preskriptif mencari untuk menemukan dan mengajukan
prinsip-prinsip untuk memutuskan suatu kegiatan dan nilai kualitas apa yang
bermanfaat dan mengapa hal tersebut harus dilakukan.
c)
Filsafat Analitis
Filsafat
analitis berfokus pada kata dan artinya. Filsuf analitis memeriksa
notasi-notasi seperti “sebab”, “pikiran”, “kebebasan akademik”, dan “kesamaan
kesempatan”, dalam rangka untuk menilai pengertian yang berbeda dalam konteks
berbeda. Filsuf analitis manunjukkan bagaimana ketidak-konsistenan akan muncul
ketika pengertian dalam suatu konteks diaplikasikan pada konteks lain. Filsuf
analitis cenderung skeptik, berhati-hati, dan menolak untuk membangun suatu sistem
berfikir.
Sekarang
ini pendekatan analitis mendominasi filsafat Amerika dan Inggris. Di Benua
Eropa berlaku tradisi spekulatif. Tetapi apapun filsafat yang banyak digunakan
pada waktu kapanpun, kebanyakan filsuf setuju bahwa semua pendekatan berperan
pada perkembangan filsafat. Spekulasi tanpa analisis akan membuat suatu hal
menjadi tidak relevan. Analisis tanpa spekulasi juga akan menurun pada rincian
yang tidak penting dan menjadi hampa. Pada kasus manapun, hanya terdapat
beberapa filsuf yang semata-mata spekulatif, preskriptif, dan analitis.
Spekulasi, perskripsi, dan analisis diperlukan untuk semua filsuf yang telah
matang.
Cara menanamkan filsafat dlmnkehidupan manusia
BalasHapus