Para filosof, melalui filsafat pendidikannya,
berusaha menggali ide-ide baru tentang pendidikan, yang menurut pendapatnya
lebih tepat ditinjau dari kewajaran keberadaan peserta didik dan pendidik
maupun ditinjau dari latar gografis, sosologis, dan budaya suatu bangsa. Dari
sudut pandang keberadaan manusia akan menimbulkan Aliran Realis, Perenialis,
Empiris, Naturalis, dan Eksistensialis. Sedangkan
dari sudut geografis, sosiologis, dan budaya akan menimbulkan aliran Esensialis,
Tradisionalis, Progresivis, dan Rekontruksionis.
Dalam pembahasan ini penulis akan membahas beberapa aliran filsafat pendidikan yang dominan
di dunia adalah sebagai berikut :
a)
Filsafat
pendidikan Esensialis
Filsafat
pendidikan Esensialis bertitik
tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad-abad lamanya. Kebenaran
seperti itulah yang esensial, yang lain adalah kebenaran secara kebetulan saja.
Kebenaran esensial itu adalah kebudayaan klasik yang muncul pada zaman Romawi
yang menggunakan buku-buku klasik ditulis dengan bahasa latin dikenal dengan
nama Great Book. Tekanan
pendidikannya adalah pada pembentukan intelektual dan logika. Dengan
mempelajari kebudayaan Yunani-Romawi yang menggunakan bahasa latin yang sulit
itu, diyakini otak peserta didik akan terarah dengan baik dan logikanya akan
berkembang. Disiplin sangat diperhatikan, pelajaran dibuat sangat berstruktur,
dengan materi pelajaran berupa warisan kebudayaan, yang diorganisasi sedemikian
rupa sehingga mempercepat kebiasaan berpikir efektif, pengajaran terpusat pada
guru.
b) Filsafat
pendidikan Perenialis
Aliran ini
menyatakan bahwa kebenaran ada pada wahyu Tuhan. Tentang bagaimana
cara menumbuhkan kebenaran itu pada diri peserta didik dalam proses belajar
mengajar tidaklah jauh berbeda antara esensialis dengan perenialis. Proses
pendidikan meraka sama-sama tradisional.
c)
Filsafat
pendidikan Progresivis
Filsafat
pendidikan Progresivis mempunyai
jiwa perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah, dan perbuatan nyata.
Menurut filsafat ini tidak ada tujuan yang pasti, begitu pula tidak ada
kebenaran yang pasti. Tujuan dan kebenaran itu bersifat relatif, apa yang
sekarang dipandang benar karena dituju dalam kehidupan, tahun depan belum tentu
masih tetap benar. Ukuran kebenaran adalah yang berguna bagi kehidupan manusia
hari ini. Sebagai konsekuensi dari pandangan ini, maka yang dipentingkan dalam
pendidikan adalah mengembangan peserta didik untuk bisa berpikir, yaitu
bagaimana berpikir yang baik. Hal ini bisa tercapai melalui metode belajar pemecahan
masalah yang dilakukan oleh
anak-anak itu sendiri. Karena itu pendidikan menjadi pusat pada anak. Untuk
mempercepat proses perkembangan mereka juga menekankan prinsip mendisiplin diri
sendiri, sosialisasi, dan demokratisasi. Perbedaan-perbedaan individual juga
sangat mereka perhatikan dalam pendidikan.
d)
Filsafat
pendidikan Rekonstruksionis
Filsafat
pendidikan Rekonstruksionis merupakan
variasi dari Progresivisme, yang menginginkan kondisi manusia pada umumnya
harus diperbaiki (Callahan, 1983). Mereka bercita-cita mengkonstuksi kembali
kehidupan manusia secara total. Semua bidang kehidupan harus diubah dan dibuat
baru aliran yang ektrim. Ini berupaya merombak tata susunan kehidupan
masyarakat lama dan membangun tata susunan hidup yang baru sekali, melalui
lembaga dan proses pendidikan. Proses belajar dan segala sesuatu bertalian
dengan pendidikan tidak banyak berbeda dengan aliran Progresivis.
e)
Filsafat
pendidikan Eksistensialis
Filsafat pendidikan Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran
adalah eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia
didunia ini tidak punya tujuan dan kehidupan menjadi terserap karena ada
manusia. Manusia adalah bebas, akan menjadi apa orang itu ditentukan oleh
keputusan komitmennya sendiri. (Callahan, 1983).
Berbagai aliran filafat pendidikan
tersebut di atas, memberikan dampak terciptanya konsep-konsep atau teori-teori
pendidikan yang beragam. Masing-masing konsep akan mendukung filsafat
pendidikan itu. Dalam membangun teori-teori pendidikan, filsafat pendidikan
juga mengingatkan agar teori-teori itu diwujudkan diatas kebenaran berdasarkan
kaidah-kaidah keilmuan. Dengan kata
lain, teori-teori pendidikan harus disusun berdasarkan hasil-hasil penelitian
ilmiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar